Bulan: April 2025

Pendidikan Tata Krama di Indonesia: Dulu Dihargai, Kini Terlupakan?

Generasi terdahulu di Indonesia tentu akrab dengan penekanan kuat pada pendidikan tata krama. Sopan santun, unggah-ungguh basa, dan nilai-nilai kesopanan lainnya diajarkan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan derasnya arus globalisasi, muncul pertanyaan: apakah pendidikan tata krama di Indonesia kini mulai terlupakan?

Kenangan Indah akan Pendidikan Tata Krama Masa Lalu

Dulu, pendidikan tata krama bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga bagian tak terpisahkan dari didikan keluarga dan norma masyarakat. Anak-anak diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua, menggunakan bahasa yang santun, bersikap sopan di meja makan, dan memiliki rasa empati terhadap sesama. Nilai-nilai ini ditanamkan melalui nasihat orang tua, contoh perilaku dari lingkungan sekitar, dan bahkan melalui cerita-cerita tradisional. Tata krama menjadi identitas dan ciri khas bangsa Indonesia yang dikenal ramah dan berbudi luhur.

Pergeseran Nilai di Era Modern

Namun, lanskap sosial dan budaya Indonesia kini mengalami pergeseran signifikan. Modernisasi, urbanisasi, dan perkembangan teknologi informasi membawa pengaruh yang kompleks terhadap nilai-nilai tradisional, termasuk tata krama. Interaksi sosial yang semakin banyak terjadi di dunia maya, terkadang tanpa filter etika yang kuat, dapat mengikis nilai-nilai kesopanan. Tontonan dan informasi yang mudah diakses juga berpotensi memberikan contoh perilaku yang kurang sesuai.

Indikasi Terlupakannya Tata Krama

Beberapa fenomena sosial menjadi indikasi mengkhawatirkan terkait mulai terlupakannya pendidikan tata krama. Penggunaan bahasa yang kasar dan tidak sopan, terutama di media sosial, menjadi hal yang lumrah. Kurangnya rasa hormat terhadap orang yang lebih tua, sikap individualistis yang tinggi, serta minimnya kesadaran akan norma-norma sosial di ruang publik juga semakin terlihat. Bahkan, dalam interaksi tatap muka, terkadang kita jumpai kurangnya perhatian terhadap etika berkomunikasi yang baik.

Urgensi Revitalisasi Pendidikan Tata Krama

Melihat fenomena ini, urgensi untuk merevitalisasi tata krama di Indonesia semakin mendesak. Tata krama bukan hanya sekadar warisan budaya yang patut dilestarikan, tetapi juga fondasi penting dalam membangun masyarakat yang beradab dan harmonis. Dengan menanamkan kembali nilai-nilai kesopanan, empati, dan saling menghargai sejak dini, diharapkan generasi muda Indonesia dapat tumbuh menjadi individu yang berkarakter kuat dan memiliki kesadaran sosial yang tinggi.

Peran Sinergis Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat

Revitalisasi pendidikan tata krama membutuhkan sinergi dari seluruh elemen masyarakat. Keluarga memiliki peran utama dalam memberikan contoh dan menanamkan nilai-nilai dasar tata krama. Sekolah perlu mengintegrasikan pendidikan karakter dan budi pekerti dalam kurikulum dan kegiatan belajar mengajar. Masyarakat secara luas, termasuk tokoh agama, tokoh masyarakat, dan media, juga memiliki tanggung jawab untuk memberikan teladan yang baik dan menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang nilai-nilai luhur.

PGRI dan Kebijakan Pendidikan Nasional: Analisis Kritis dan Kontribusi Konstruktif

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), sebagai organisasi profesi guru terbesar di Indonesia, memiliki peran sentral dalam mengawal dan memberikan masukan terhadap kebijakan pendidikan nasional. Sejak didirikan, PGRI tidak hanya memperjuangkan kesejahteraan anggotanya, tetapi juga aktif dalam memberikan analisis kritis dan kontribusi konstruktif terhadap berbagai kebijakan pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Salah satu fokus utama PGRI adalah memberikan analisis kritis terhadap implementasi kebijakan pendidikan di lapangan. Sebagai garda terdepan dalam proses belajar mengajar, guru melalui PGRI memiliki pemahaman mendalam mengenai dampak langsung dari setiap kebijakan pendidikan. Misalnya, dalam implementasi kurikulum baru, PGRI seringkali memberikan masukan berdasarkan pengalaman praktis guru di kelas, menyoroti potensi kendala dan memberikan solusi alternatif yang lebih efektif. Sikap kritis ini bukan berarti menolak kebijakan pendidikan secara keseluruhan, melainkan sebagai upaya konstruktif untuk memastikan bahwa setiap kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Selain analisis kritis, PGRI juga memberikan kontribusi konstruktif dalam perumusan kebijakan pendidikan. Melalui berbagai forum diskusi, seminar, dan audiensi dengan pemangku kepentingan, PGRI menyampaikan aspirasi dan kebutuhan guru serta memberikan usulan-usulan yang inovatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Keterlibatan PGRI dalam proses penyusunan kebijakan pendidikan memastikan bahwa perspektif guru sebagai pelaku utama pendidikan turut dipertimbangkan. Contohnya, PGRI aktif menyuarakan pentingnya peningkatan kompetensi guru melalui program pelatihan yang berkelanjutan dan relevan dengan perkembangan zaman.

Namun, hubungan antara PGRI dan pemerintah dalam konteks kebijakan pendidikan nasional tidak selalu berjalan mulus. Perbedaan pandangan dan prioritas terkadang menimbulkan tensi dan perdebatan. PGRI seringkali lantang menyuarakan ketidakpuasannya terhadap kebijakan pendidikan yang dianggap merugikan guru atau tidak berpihak pada peningkatan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Sikap kritis yang konstruktif ini menjadi penting agar pemerintah dapat mengevaluasi dan memperbaiki kebijakan pendidikan yang kurang efektif. Ke depan, peran PGRI dalam memberikan analisis kritis dan kontribusi konstruktif terhadap kebijakan pendidikan nasional akan semakin krusial. Tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks menuntut adanya sinergi yang kuat antara pemerintah dan organisasi profesi guru.

Mewarnai Dunia dengan Identitas Bangsa: Budaya Indonesia, Terutama Batik, Menjadi Corak Khas Indonesia

Keindahan dan keberagaman budaya Indonesia adalah kekayaan tak ternilai yang mempesona dunia. Di antara berbagai manifestasi seni dan tradisi, batik tampil sebagai ikon yang kuat, menjadi corak khas Indonesia yang diakui secara global. Lebih dari sekadar kain bermotif, batik adalah representasi mendalam dari sejarah, filosofi, dan keindahan alam Indonesia, yang kini semakin mengukuhkan posisinya sebagai identitas visual bangsa.

Budaya Indonesia yang kaya, dari Sabang hingga Merauke, tercermin dalam ribuan motif batik yang unik di setiap daerah. Setiap corak memiliki cerita dan makna tersendiri, terinspirasi dari lingkungan alam, kepercayaan lokal, hingga interaksi budaya dengan bangsa lain. Keragaman motif inilah yang menjadikan batik bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga narasi visual tentang Indonesia yang begitu luas dan beragam.

Batik telah lama menjadi corak Indonesia yang melekat kuat dalam kehidupan sehari-hari. Dari upacara adat hingga busana kasual, batik hadir dalam berbagai bentuk dan gaya. Keindahan motifnya yang khas, proses pembuatannya yang rumit dan penuh makna, serta nilai filosofis yang terkandung di dalamnya menjadikan batik sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa. Pengakuan UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi semakin mengukuhkan posisi batik sebagai corak khas Indonesia di mata dunia.

Perkembangan zaman tidak menggerus pesona batik. Justru sebaliknya, para desainer dan perajin Indonesia terus berinovasi, memadukan motif tradisional dengan sentuhan modern, sehingga batik semakin relevan dan digemari oleh berbagai kalangan, baik di dalam maupun luar negeri. Batik kini hadir dalam berbagai produk, mulai dari pakaian, tas, sepatu, hingga dekorasi rumah, semakin memperluas jangkauan corak khas Indonesia ini.

Upaya pelestarian dan promosi batik sebagai bagian penting dari budaya Indonesia terus digalakkan oleh pemerintah, komunitas pengrajin, dan berbagai organisasi. Pameran batik di tingkat nasional dan internasional, lokakarya pembuatan batik, serta edukasi tentang nilai-nilai batik kepada generasi muda menjadi langkah-langkah strategis untuk memastikan corak khas Indonesia ini tetap lestari dan semakin dikenal dunia. Sebagai penutup, budaya Indonesia, dengan batik sebagai salah satu representasi terkuatnya,

Jejak Guru SMP dalam “Budi Pekerti”: Kisah Inspiratif Sutradara Terungkap.

Film “Budi Pekerti” tak hanya memukau penonton dengan alur cerita dan akting para pemainnya, namun juga menyimpan jejak unik di balik layar. Terungkap bahwa sang sutradara berbakat yang berhasil menghidupkan film sarat makna ini ternyata memiliki latar belakang profesi yang mulia: seorang guru SMP. Kisah inspiratif ini menambah dimensi mendalam pada apresiasi terhadap karya tersebut.

Jejak guru SMP dalam “Budi Pekerti” terasa begitu kuat dalam narasi film yang mengangkat tema budi pekerti dan nilai-nilai kemanusiaan. Pengalaman bertahun-tahun berinteraksi dengan siswa di lingkungan sekolah kemungkinan besar memberikan perspektif yang kaya bagi sang sutradara dalam meramu cerita dan mengarahkan para aktor. Kemampuan seorang guru dalam memahami karakter manusia dan dinamika sosial tercermin dalam penggambaran tokoh dan konflik dalam film.

Kisah inspiratif sutradara terungkap ini menjadi bukti bahwa passion dan dedikasi dapat melampaui batas profesi. Meskipun berprofesi sebagai pendidik, kecintaan terhadap dunia film dan keinginan untuk menyampaikan pesan positif melalui medium ini mendorong sang guru SMP untuk mengambil peran sentral di balik layar. Keberhasilannya menyutradarai film yang mendapat pengakuan luas tentu menjadi motivasi bagi banyak orang untuk mengejar mimpi mereka, apapun latar belakangnya.

Lebih dari sekadar jejak profesi, latar belakang sebagai guru SMP kemungkinan besar mewarnai visi dan misi sang sutradara dalam pembuatan film ini. Keinginan untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti kepada generasi muda, yang menjadi inti dari pekerjaannya sehari-hari, tercermin kuat dalam pesan yang disampaikan melalui “Budi Pekerti”. Film ini seolah menjadi perpanjangan dari kelas, namun dengan jangkauan yang lebih luas.

Jejak guru SMP dalam “Budi Pekerti” adalah kisah inspiratif tentang bagaimana dedikasi, pengalaman, dan passion dapat bersatu menghasilkan karya yang bermakna. Terungkapnya latar belakang sang sutradara memberikan apresiasi yang lebih mendalam terhadap film ini, bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pendidikan yang kuat. Semoga kisah inspiratif ini terus menggaung dan memotivasi lebih banyak orang untuk berkarya dengan integritas dan tujuan yang mulia.

© 2025 PGSI JAMBI

Theme by Anders NorenUp ↑