Di tengah arus informasi yang tak terbendung dan tantangan sosial yang semakin kompleks, peran guru dalam membentuk karakter siswa menjadi lebih vital dari sebelumnya. Kelas bukan hanya tempat transfer ilmu akademik, melainkan juga wadah strategis untuk menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan keterampilan hidup yang esensial. Bagi guru masa kini, membentuk karakter siswa adalah misi yang membutuhkan pendekatan praktis dan terencana, memastikan mereka tumbuh menjadi individu yang utuh, berintegritas, dan siap menghadapi masa depan.
Salah satu panduan praktis dalam membentuk karakter adalah melalui peneladanan. Guru adalah cerminan bagi siswa. Setiap tindakan, perkataan, dan sikap guru di dalam dan di luar kelas akan terekam oleh siswa. Dengan menunjukkan disiplin, kejujuran, empati, dan sikap positif secara konsisten, guru secara tidak langsung menanamkan nilai-nilai ini pada siswa. Misalnya, di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Bakti Pertiwi, pada awal tahun ajaran 2025/2026, seluruh guru berkomitmen untuk selalu tiba di sekolah 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai, menunjukkan pentingnya kedisiplinan dan manajemen waktu kepada siswa.
Strategi berikutnya adalah integrasi nilai dalam setiap mata pelajaran. Membentuk karakter tidak harus menjadi mata pelajaran terpisah, melainkan dapat disisipkan dalam setiap topik yang diajarkan. Dalam pelajaran Sejarah, guru bisa menyoroti nilai kepahlawanan dan keadilan; di pelajaran Sains, nilai ketelitian dan rasa ingin tahu; dan di Bahasa Indonesia, nilai kejujuran dalam menyampaikan informasi. Diskusi terbuka tentang dilema etika atau studi kasus yang relevan dengan materi pelajaran dapat merangsang pemikiran kritis siswa tentang nilai-nilai. Sebuah riset oleh Lembaga Kajian Pendidikan di Indonesia pada April 2025 menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran nilai terintegrasi lebih menunjukkan perilaku pro-sosial di sekolah.
Guru juga perlu menciptakan lingkungan kelas yang partisipatif dan inklusif. Dorong siswa untuk berpendapat, menghargai perbedaan, dan bekerja sama dalam kelompok. Berikan kesempatan kepada mereka untuk memimpin proyek, memecahkan masalah bersama, dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Pengalaman-pengalaman ini membangun keterampilan sosial, rasa percaya diri, dan kepemimpinan. Misalnya, setiap hari Jumat terakhir setiap bulan, siswa kelas 4 di SD Harapan Bangsa di Surabaya mengadakan “Sesi Diskusi Moral” di mana mereka membahas kasus-kasus etika sederhana yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari, dipandu oleh guru.
Pada akhirnya, membentuk karakter di kelas adalah perjalanan yang berkelanjutan. Dengan menjadi teladan, mengintegrasikan nilai dalam pembelajaran, dan menciptakan lingkungan yang mendukung, guru masa kini dapat membekali siswa tidak hanya dengan pengetahuan, tetapi juga dengan karakter kuat yang akan menjadi fondasi bagi kesuksesan mereka di masa depan dan kontribusi positif bagi masyarakat.